NEKAT !
Oke, akhir-akhir ini saya sedang dan asyik mengamati kadar ke-nekat-an
pada diri seseorang. Mungkin bagi sebagian orang, kata nekat adalah kata yang
ditakuti, ingat, hanya bagi sebagian orang, artinya ada sebagian orang yang tidak
merasa takut atau minimal khawatir dengan kata nekat ini. Pasalnya,
sepengamatan saya, nekat itu bukan semata-mata tindakan gegabah atau konyol
yang diambil tanpa pertimbangan yang matang. Memang benar ada yang begitu, tapi
jangan salah, ada juga yang dimana seseorang tersebut nekat karena sudah tahu
jelas medan dan konsekuensi dari tindakan yang diambilnya.
Meskipun kata nekat
selama ini mungkin hanya kita dengar atau baca dikasus kasus kriminal seperti
yang sering dihidangkan di teve-teve dan dimedia lainnya. Kata ini memang
memiliki daya tarik lebih, tak jarang headline sebuah berita intinya ada pada
kata ini, misal, “pemuda ini nekat…”, atau “seorang murid nekat mencuri dan bla
bla bla”, dan masih banyak contoh yang lainnya lagi. Nah, dalam hal ini kata
nekat tercermin sebagai tindakan bodoh yang tanpa ada kalkulasi sedikitpun,
sehingga dampak yang ditimbulkannya pun kurang baik atau bahkan buruk.
Tapi ada juga yang menggunakan
kata nekat ini berbanding terbalik dengan kasus pertama. Ketika musim bola
tiba, mungkin hampir semua penikmat bola pernah mendengarkan presenter
mengucapkan kata nekat, misal, “Tendangan nekat seorang evan dimas dari luar
kotak penalty menghasilkan gol cantik”. Oke lah kita pakai contoh lain, misal, “finalis
itu nekat mengambil nada dititik yang paling tinggi”.
Dikasus kedua ini
berbeda,
Loh bedanya apa?, kan
sama sama nekat.
Iya, memang sama sama
nekat, tapi nekatnya kali ini jenisnya beda. Baiklah saya berkompromi bahwa
kata nekat dikasus yang pertama tadi buruk. Tapi dikasus yang kedua ini apakah
anda yakin bahwa evan dimas hanya “ngasal” menendang bola, untuk pemain sekelas
dia, saya rasa kemungkinan itu sangat kecil, meskipun ada. Saya yakin bahwa
evan dimas menendang dengan penuh keyakinan, begitupun dengan finalis yang
nekat mengambil nada yang terlampau tinggi tadi. Sangat mungkin bagi evan dimas
dan finalis tadi, hal yang dilakoninya adalah hal biasa, tapi dimata kita hal
tersebut menjadi hal yang “nekat”, karena mungkin kita mengukurnya dengan
ukuran diri kita yang belum tentu mampu untuk melakukan hal itu.
Kalkulasi?. Saya juga
yakin bahwa evan dimas dan finalis tadi akrab dengan hal ini, karena mereka
diikuti oleh sebuah resiko yang harus dipertimbangkannya dengan matang.
Akhir akhir ini pun
saya sedang mengikuti orang yang dianggap nekat oleh sekitarnya, kata “sekitar”
itu bisa diartikan luas sekali, bisa orang tua, teman, teman dekat, temannya
teman dekat dan lain lain. Menurut lingkungan sekitarnya dia melakukan hal
nekat ini tanpa dibarengi dengan kesadaran dan perhitungan, hal itu dibuktikan
dengan adanya beberapa saran dari temannya yang masuk kedirinya dengan nada
menggurui, dan malah ada yang sedikit menyalahkan.
Kenapa mereka bisa
menyalahkan?,
jawabannya ya seperti
diatas tadi, karena mereka memakai kacamata dirinya sendiri yang sudah
terlanjur dijadikan patokan, jadi kalau sepenglihatan mereka orang ini berbuat
salah, maka orang ini sudah pasti salah, dan harus langsung buru buru
disalahkan.
Saya setuju bahwa
orang orang nekat semacam ini perlu “ditemani”, tapi jika caranya dengan
menyalahkan dan memojokkan, saya malah kasihan kepada mereka yang merasa sudah
benar dan perlu mengingatkan. Malah menurut saya mereka inilah yang harus
dibimbing untuk tidak mudah menjatuhkan tuduhan.
Kebetulan saya
berinteraksi langsung dengan orang ini, dan menurut saya, sekali lagi ini
menurut saya, kenekatan dia ini kenekatan yang sadar, maksudnya tahu kenapa dia
bisa begitu dan dampak yang akan timbul dari perbuatannya. Loh kan ini malah
justru lebih sadar dari “mereka” yang menyalah-nyalahkan tadi.
Pada intinya saya
hanya ingin mengatakan bahwa tidak semua kata nekat dan para pelakunya itu
buruk, bisa jadi orang-orang tersebut lebih sadar dari kita, maka mereka
memilih untuk menapaki jalan “nekat” yang mungkin kebanyakan dari kita
menganggapnya itu sudah keluar dari jalur.
Terima kasih
Comments
Post a Comment