Ramai dalam sepi !

Malam ini gerimis, sedari tadi dia tak kunjung mau untuk berhenti. Dari tempatku duduk, kulihat beberapa orang baru keluar dari mushola, dengan kepala masih ber-kopyah dan ibu ibu cantik itu yang masih juga bermukenah. 
Tak lama pesanan kopiku datang. Aku duduk santai di warung temanku yang belum lama ini dibuka. Ramai memang pengunjungnya, tapi entah kenapa aku merasa kesepian. 
Ramai bagiku bukan hanya soal jumlah kuantitas, berdua atau bertiga pun jika diantara mereka mengalir pembicaraan, bagiku itu sudah sangat menyenangkan.

Di meja sebelah, empat orang, masing masing mereka sibuk dengan ponsel yang dimiringkannya. Aku tak tahulah apa yang sedang mereka mainkan, yang pasti sepertinya mereka bersemangat sekali. Lagi pula bukan urusanku juga mencampuri mereka.

Ada yang bilang, sepi itu membosankan, dan jarang orang yang mau berteman dengan sepi. Memang, satu waktu memang sepi itu membosankan, tapi itu hanya satu waktu. Selebihnya, belum tentu.

Dengan keadaanku yang menjadi sepi ini. Aku jadi makin bisa peka dan larut dengan sekitarku. Aku sangat meresapi lagu 'baik baik sayang', yang kebetulan sedang diputar di warung temanku ini. Seakan akan aku bisa merasakan ikrar seorang pencinta kepada kekasihnya, yang hanya ingin satu kepastian berupa keadaan yang tetap baik baik saja.

Kesepianku kali ini tidaklah sia sia. Bahkan kesepianku kali ini bukanlah kesepian. Kesepianku kali ini justru maramaikan dan kembali memfungsikan hatiku yang sepertinya sudah lama mengeras ini.

"bahkan bila aku mati, ku kan berdoa pada ilahi tuk satukan kami di surga nanti". Bangsaatt!.
ternyata apoy itu pandai juga dalam meruntuhkan pertahanan hati para penikmat aransemennya.

Menurut saya kata "kami" dalam lirik itu tak hanya melulu terjadi antara dua sejoli yang sedang dimabuk cinta. Kami disitu bisa saja diartikan ibu, bapak, adek, sahabat, hobi, desanya, bahkan juga bangsanya. Mungkin dia berharap di surga nanti tetap ada situasi dan kondisi seperti bangsanya, bangsa indonesia yang tercinta ini. Yang sudah lama dipuja puja dengan budaya toleransi dan keramahannya. Bangsa yang subur akan tanahnya yang "tongkat kayu dan batu jadi tanaman". Bangsa yang semua orang mengelu elukannya sebagai serpihan dari tanah surga. Ya meskipun semakin kesini baru diketahui bahwa surga yang dimaksud adalah surga bagi kelompok dan ormasnya. Kayu dan batu adalah senjata untuk saling menyerang satu sama lain. Dan toleransi yang dimaksud adalah toleransi dalam golongannya sendiri, kalau untuk golongan lain, senggol bacok!
Semoga saja puisi gus mus yang salah satu baitnya berbunyi "selalu dihina hina bangsa" itu tidak terjadi. Semoga.

Comments

Popular Posts