BIDANG DAKWAH

Sebenarnya sudah sejak lama si Karman ini ingin menjadi seorang penyiar radio, entah mengapa. Suatu hari karman pernah bercerita kepada saya, menurut dia, menjadi penyiar adalah hal yang mengasikkan, karena dia bisa tersalurkan hobinya yang ceplas ceplos dan senang bercerita itu.

Tapi ternyata tidak semudah itu, fakta lapangan berkata lain, Ketika Karman bermaksud untuk masuk ke dalam hal yang disukainya, dia malah ditolak. Iya benar, Karman mendaftarkan diri untuk magang di salah satu stasiun radio di jogja, tentu dengan semangat penuh dia memasukkan lamaran magangnya tersebut. Dihari pemanggilan interview, dia ditolak, Ketika saya tanya ;

“Kenapa kok bisa ditolak, Man?’

“Saya juga tidak tahu e, tidak ada reason yg jelas kenapa saya ditolak”.

Karman ini memang agak sedikit begitu orangnya, kadang tiba-tiba dia suka nyeletuk nyeplos pakai Bahasa inggris gitu, tak hanya itu, dia juga sering memakai diksi diksi picisan yang sering diucapkan para pujangga-pujangga itu. 

Tentunya dia agak sedikit kecewa karena mengalami kegagalan, dan itu manusiawi, memang harus ada rasa yang begitu begitu, kalau terlalu terlihat kuat malah ndak enak, takutnya dikira malaikat. 

Tapi meskipun begitu, Karman bukan tipe penganut kalimat “badai pasti berlalu”, iya, benar, sebuah kalimat yang sudah seperti saudara sendiri karena saking akrabnya, dia muncul dalam kondisi yang aura-nya sama, aura aura kesedihan. Dia muncul dimapun tempatnya. Di kantor, lapangan bola, pemandian anak anak sampai  pemandian terapi penyakitan.

Kalimat yang menurut Karman adalah sebuah penghiburan konyol yang tidak mau berdamai dengan keadaan, kalimat yang seolah menyatakan bahwa manusia tidak seharusnya dan tidak boleh gagal, kalimat yang maunya dia untung terus atau bejo terus, dengan kata lain kalimat tersebut adalah kalimat ngawur. 

Karman tidak mau bersepakat dengan kesedihan berlarut yang mengharapkan rasa iba dari seseorang selain dia, sedih ya sedih aja secukupnya, tidak perlu over, apalagi sampai mengkonsumsi doping doping quotes yang sebenarnya justru malah melemahkan kekebalan natural dari dirinya, dia tak mau itu.

Kesedihannya cukup dilampiaskan di sebuah warung kopi kecil dan ber-haha hihi ria dengan temannya, dan tentunya sambil ngrasani teman lainnya yang tidak ikut nongkrong dengan mereka. 

‘Lalu kamu ngapain, Man setelah ini?”, tanya saya dengan sedikit penasaran disela-sela pembicaraan.

“hahahah yo mboh cok, aku yo durung ngerti iki”. Terkekeh-kekeh dia melontarkan kata itu. 

“Ya sekiranya besok ada kesempatan lagi ya tak gas lagi, tenang aja”, imbuh Karman 

“Tapi gini, setelah interview ku di radio kemarin, aku punya konklusi sementara, bahwa memang market dari tiap instansi itu beda, dan radio kemarin itu sepertinya bukan mengharapkan orang seperti aku yang sak karepe dewe gini, radio kemarin itu radio terpelajar, perekrutannya harus memenuhi kualifikasi  A B C D E yang mereka siapkan, jadi memang keputusan telak ada di tangan mereka, jadi kalau aku ga diterima, ya berarti aku bukan target dari market mereka, yaudah berarti harus cari yang lain gitu”. Tambah dia dan sejurus kemudian menyalakan Gudang garam yang sudah dari tadi dijepit ditangannya. 

Comments

Popular Posts