JATUH

Seseorang pernah berkata "Kita semua pemula dalam hal asmara". sebelumnya saya juga pernah menulis tentang ini, dan sampai saat ini, sepertinya saya masih sepakat dengan perkataan tersebut, Bagaimana tidak, orang-orang disekitar saya misalnya, akan tiba-tiba mendadak bodoh dan kebingungan ketika sudah berhadapan dengan hal tersebut.

Seperti contoh, Karman lagi-lagi terkena serangan sakit hati, dan masih dengan orang yang sama. Orang yang belum selesai dengan dirinya dan juga sebaliknya. mereka berdua nampaknya masih saling menyimpan sesuatu yang belum tersampaikan. entah apa itu.

tapi kemudian saya tertarik untuk memancing Karman bercerita, menanyakan apakah dirinya sedang baik-baik saja. meskipun saya tau itu bodoh, karena memang sebenarnya Karman sedang tidak baik-baik saja. 

"Kenapa lagi, Man?". tanya saya

"Entah kenapa aku ini, lagi-lagi dibuat berpikir oleh orang yang sama". jawab Karman

"Memang gimana?, boleh kok kalo kamu mau cerita, tak dengerin". 

"Jujur aja ya, aku itu belum benar-benar selesai sama dia. Kemarin-kemarin aku udah yakin kalo aku udah selesai, tapi ternyata aku salah, ternyata aku ngga bisa membohongi diri sendiri, Jo. Begitu tau dia sekarang dia dengan yang baru, aku langsung hancur ditampar keadaan."

"Loh yaudah berarti kan PR nya sekarang adalah kamu harus merelakan dia yang sudah rela melepasmu dong."

"Gabisa gitu, masalahnya aku tau dia juga sebenernya belum rela kalo lepas dari aku, dia sempat datang mengetuk kembali pintu rasa yang pernah berusaha aku tutup, meskipun aku belum bisa sepenuhnya melakukan itu."

"Dan pas waktu dia datang, kamu gimana, Man?". tanyaku kembali kepada Karman

Sejenak Karman diam, dia tak kunjung menjawab pertanyaan yang aku lontarkan kepadanya. dia menarik nafas dalam dalam, dan menghembuskannya dengan amat berat. 

Aku sedikit bisa merasakan apa yang Karman rasakan, dari raut wajahnya, terlihat tumpukan sesal yang tak lagi bisa dibendungnya. Dadanya seperti sesak dengan beragam rasa yang mencoba menghimpitnya. tatapannya kosong. sedari tadi dia hanya mengulang-ulang lagu Adele yang berjudul all i ask itu.

Untuk menghargai Karman yang sedang dalam kondisi campur aduk, aku pun juga ikut terdiam, kukeluarkan rokok dari kantong celanaku, dan sejurus kemudian aku membakarnya.

if this is my last night with you, salah satu lirik Adele yang ditirukan olehnya. suaranya menurun, tergerus kesedihan, hampir seperti meratap yang biasanya berakhir dengan sesenggukan. 

Tipis keluar air dari ekor matanya, aku tau Karman sedang hancur waktu itu. Kusodorkan sebatang rokok padanya, sambil berharap ketika dia membakar rokok itu terbakar pula gairah dan semangatnya, minimal hanya untuk sekadar bercerita kepadaku. 

"Bayanganku sudah sampai di ini nih wanita yang akan memarahiku kalo aku bangun kesiangan besok, ini nih wanita yang selalu ngomel kalo aku telat nganter sekolah anak, ini nih wanita yang akan selalu menyuguhkan cangkir pertama disetiap kopi pagiku, ini nih dia wanita yang dari aku membuka mata sampe kembali kepangkuan malam dia selalu ada buat aku, wanita yang selalu berisik menghubungi ketika sampe malam aku belum pulang, sudah sampai disitu bayanganku, Jo. Sebegitu cintanya aku sama dia, romansaku bukan lagi romansa bulanan anak anak SMA, aku ingin sama dia tanpa adanya kata akhir."

Sontak aku kaget ketika mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut Karman. Benar, karman terperosok jauh ke dalam jurang cinta yang teramat curam, aku kuatir dia tak bisa menguasai keadaan. Dan sekarang dia seakan termenung didasar jurang itu dan berteman dengan penyesalan-penyesalannya. Dan tanpa Karman berucap, aku tau bahwa dia telah menolak kekasih yang pernah datang kembali. Kini penyesalan itu sebentar lagi akan berkawan dengan penderitaan. Dan aku tau Karman bukan orang yang terlalu mudah menaruh hati kepada orang baru. 

"Sudah, Man. Kamu boleh sedih, tapi jangan berlarut-larut."

"Jujur aku sedih, Jo. nasi sudah terlanjur menjadi tai, dan aku tidak bisa memutar ulang waktu yang telah meninggalkanku. Sekarang aku hanya diam dan harap-harap cemas menunggunya."

"Menyoal takdir, andaikan kemungkinan terburuk dia bukan buat kamu?, kamu siap?."

"Entah, Jo. sesekali aku akan coba berusaha melawan takdir kalo memang takdirnya seperti yang kamu bilang tadi."

"Aduh, Maann". pungkasku dari jawaban bodoh Karman ini.



-2022, sleman menjelang maghrib.


Comments

Popular Posts