Santri never walk alone !

Bicara pesantren, hampir semua orang beranggapan bahwa disana adalah lingkup ruang hidup yang penuh sesak dengan aturan keagamaan, tingkah laku harus selalu taat pada regulasi yang ketat dan kejam, dan Setiap harinya hanya mengaji, mengaji, dan mengaji. 
Perlu diketahui, bahwa dunia pesantren tidak semembosankan itu.

Sekarang ini, meskipun masih ada pesantren yang memegang teguh ketradisionalannya, tapi tidak sedikit pesantren modern yang berdiri tegak dan gagah lengkap dengan fasilitas yang siap menjamin kenyamanan belajar para santrinya. Fasilitas yang dimaksud itu juga termasuk strata pendidikan yang tidak kalah dengan sekolah sekolah diluar sana. Termasuk laboratorium dan macam macamnya, gedung olahraga, lapangan sepakbola dan lain sebagainya.
Malah ada salah satu pesantren di Nganjuk Jawa timur yang dimana santrinya langsung dipraktekkan di dalam dunia kesehatan. Mendeteksi penyakit dan meracik obat penangkalnya pun mereka bisa.
Jadi jika ada yang beranggapan "nggak usah mondok, nanti susah kalo mau jadi dokter, polisi, kapten sepakbola dll". Ahhhhh dia saja yang belum tahu romantisme dunia pesantren.

Sekarang kita ambil satu contoh, menjadi pemain sepakbola, selama ini yang menjadi pemikiran mainstream kan begini,
"untuk bisa jadi pemain handal--katakanlah Timnas-- itu yang bisa kan cuma yang mengikuti sekolah sepakbola formal saja".

Kata siapa?

"Loh tapi kan peluangnya memang lebih besar kalo ikut ssb".

Jangan lupa, Rafli, pemain Timnas Indonesia u-19, yang sedang ramai dibicarakan, itu juga berasal dari pesantren loh. Dan sekarang juga Setiap tahunnya sudah ada kok liga santri Indonesia. 
Jadi, santri juga bisa jadi pemain handal, dan harus diingat, mondok bukanlah alasan untuk terbengkalai nya sebuah cita-cita!.

Saya disini hanya membahas liga santrinya loh ya, jadi tidak termasuk adanya manipulasi yang tertangkap basah memainkan pemain selain pesantren, yang menurut saya hanya akan mencederai almamater pesantren itu sendiri. Sudahlah biarkan saja.

"Mondok itu asing, temennya cuma itu itu aja, kita gak tahu isu isu terbaru negara".

Kata siapa?

Di pondok saya MQ Tebuireng Jombang tercintah, Setiap pagi koran selalu diganti, jadi kalau alasan ketinggalan berita, itu bukan pesantren nya yang salah, tapi anaknya sendiri yang males baca. Jangankan di pesantren, hidup diluar pesantren pun kalau anaknya males baca ya pasti ketinggalan dong, lagi pula kan minat baca di negara kita ini sangat rendah (kata UNESCO). Tapi minat komentar nya sangat tinggi. 
Ketika ada hal atau isu atau apalah yang baru, sepertinya sangat berdosa sekali apabila tidak ikut ikutan berkomentar, ya meskipun komentarnya hanya komentar layang layang yang tidak tahu pasti duduk persoalannya seperti apa.

Terakhir, keasingan mereka terhadap dunia pesantren, itu hanya karena mereka belum memasukinya saja, ketika mereka sudah memasukinya, hampir bisa dipastikan mereka akan larut di dalamnya. Jadi pada dasarnya bukan pesantren nya yang asing, tapi mereka saja yang mengasingkan diri dari keindahan pesantren.
Mondok itu keren.
Sekian

Comments

Popular Posts