Awal langkah !
Dalam suatu perkumpulan, apapun bentuknya, mulai dari skala kecil sampai skala besar. Mulai dari paguyuban, institusi, hingga negara, para pelakunya sudah pasti akan mengalami pergantian. Pergantian ini sudah menjadi hukum alam karena memang tidak ada pelaku sejarah yang akan kekal dan tetap menjadi pelaku utama, semua akan berganti, semua akan hilang pada waktunya.
Presiden pertama kita, Ir soekarno, tidak mungkin selamanya menjadi presiden, pada waktunya kelak, beliau sudah pasti akan berhenti. Patokan utamanya disini adalah berhenti, bukan mediasi atau cara dari pemberhentian itu sendiri, seperti yang dialami presiden ke-4 kita. Ketika sudah tidak lagi menjabat, kursi kepemimpinan diduduki oleh sang jendral yang kebanyakan menganggapnya otoriter. Dengan keotoriterannya tersebut, masih bisa kok beliau berhenti. Dan mohon maaf, andai kata mei 98 itu tidak terjadi, Pak Harto juga akan berhenti kelak, meskipun bisa lebih panjang lagi rentan waktunya. Bisa jadi tidak hanya 32 tahun, bisa 40, 45, atau mungkin 50 tahun masa kepemimpinan. Tapi itu pun suatu saat beliau juga pasti akan berhenti dan tidak lagi jadi presiden, iya, semua pasti tahu kapan "waktu" itu dan saya rasa tidak perlu dituliskan.
Oke mari kita lihat contoh lain. Sosok Diego armando maradona, jarang ada orang yang tidak familiar dengan nama itu, sosok pesebak bola yang skill dan jam terbangnya sudah tak perlu dipertanyakan. Argentina adalah tempat kelahirannya dan "gol tangan tuhan" adalah hal yang semakin membuat namanya melejit. Tapi itu dulu, lain cerita dengan sekarang. Mohon maaf, andaikan sekarang maradona berada di tim yang sedang bertarung melawan tim yang didalamnya ada egy melgiansah, mau gak mau ya saya menjagokan tim egy, meskipun egy masih cukup muda dan masalah jam terbang sudah pasti kalah dengan Maradona, tapi tetap saja saya yakin tim egy yang akan unggul, pasalnya Maradona juga sudah tua.
Tentu tak jarang kita mendengar cerita bahwa dulunya kakeknya si 'A' itu kaya. Tapi si 'A' sekarang justru malah terlunta-lunta. Sebaliknya, dulu ada cerita kalau kakek ini sangat miskin sekali, tapi sekarang berbalik drastis. Ya memang seperti itu siklusnya, cepat atau lambat itu hanyalah perihal waktu.
Mustahil kalau ada orang yang tidak tahu kisah kerajaan majapahit yang, aaahhhhh akan terlalu banyak jika dituliskan sejarahnya. Tapi itu dulu, majapahit sekarang tak lain hanyalah sebatas cerita, yang dari kecil kita sudah dikenalkannya lewat buku-buku ips.
Sebagai orang yang sedikit mengikuti perkembangan zaman, tentu saya juga sedikit tahu tentang banyaknya varian teknologi yang disajikan di zaman sekarang ini. Saya sudah kenal dan lumayan lama berkawan dengan whatsapp. Hanya sebatas teman biasa bukan teman dekat. Percakapan kami sewajarnya saja. Saya tidak mau dirayu atau dipaksa untuk berlama-lama dengannya. Semau-mau saya. Diantara percakapan saya dengan whatsapp, saya tiba tiba dimasukkan dalam grup menulis oleh sesama teman yang juga suka nulis.
Perihal menulis, ini sudah tahun ketiga saya bergaul dengannya. Menulis apa saja. Apapun itu yang sekiranya saya pengen dan saya perlu tulis, ya akan saya tulis. Jadi tidak ada patokan harus menulis bagaimana, tentang apa, dimana, gaya bahasa atau tetek bengek yang lainnya itu. Menulis ya menulis, semau-mau saya. Walaupun dibeberapa waktu tertentu saya harus lunak mengikuti selera atau kriteria media dimana saya mengirim sebuah tulisan. Tapi itu hanya sepersekian persen saja, masih banyak tulisan saya yang tidak karu-karuan (kalau tinjauannya pakai gaya mainstream). Tak jarang saya menyelipkan kata "bangsat" dan semacamnya yang kebanyakan menggapnya tidak pantas.
"Oh berarti anda idealis?."
Tidak juga, saya sering hanya ikut-ikutan setuju kalau keadaannya memang mengharuskan saya untuk hanya sebatas ikut-ikutan.
"Berarti tipikal yang realistis dong?."
Tidak juga, dimomen-momen yang seharusnya saya manut, justru malah kadang-kadang saya keras kepala.
Saya senang saja ketika ada lahan baru--yang mungkin--bisa menambah keinginan saya untuk itu. Tapi saya kawatir koar-koar ini adalah koar-koar musiman yang mungkin dalam hitungan bulan saja sudah hilang tanpa jejak. Sangat boleh sekali dan saya sangat suka jika ada teman yang punya minat sama seperti itu. Tapi mbok ya kalau bisa itu yang ajeg. Soalnya sayang kalau sebuah minat itu tidak dirawat. Karena kembali lagi ke soal waktu, belum tentu kita satu, dua, atau tiga hari kedepan masih punya minat itu. Bisa saja dalam sekejap minat itu hilang. Sedangkan kita belum tahu apa yang akan terjadi di hari depan. Bisa saja dari minat yang ditekuni tersebut bisa membuahkan hasil, siapa tahu.
Musisi-musisi besar sekarang ini dulunya juga cuma anak kecil biasa yang tidak tahu apa-apa. Fiersa besari, danilla riyadi, dan sederet nama-nama lain yang sedang menghiasi jagad industri musik, dulunya juga bukan siapa-siapa. Tapi kembali keawal, waktu yang akan memperjalankan mereka, mana mungkin bisa se-top sekarang kalau dulunya tidak diusahakan. Jangan salah, sebuah mahakarya itu lahir dari karya-karya kecil yang terus diperbaiki.
Jadi sebelum bermimpi terlalu jauh dan akhirnya hanya ditinggalkan, kenali dan yakinkan dengan apa yang akan atau sedang kalian jalani (kalau kata pecinta senja "berdamai dengan diri sendiri"). Jangan sampai waktu yang kalian miliki terbuang sia-sia. Kalau memang ingin jadi penulis, ya diusahakan terus.
Kalau saya ditanya, apa pengen jadi penulis?, ya nggak juga. Tapi kalau memang ada jalannya, kenapa tidak hehehehe.
Tidak juga, saya sering hanya ikut-ikutan setuju kalau keadaannya memang mengharuskan saya untuk hanya sebatas ikut-ikutan.
Tidak juga, dimomen-momen yang seharusnya saya manut, justru malah kadang-kadang saya keras kepala.
Comments
Post a Comment