Demokrasi dalam bercinta 2 !

Sebenernya sy agak ragu, dek, untuk mengatakan ini. Tapi gak mungkin hal ini akan terus sy pendam. Setiap waktu saya terus dihantui bayang bayang wajahmu, kemanapun, dan kapanpun itu. Sy sudah siap andai kata adek menolak sy, yg terpenting bagi sy adalah, sy sudah mengatakannya. Selebihnya, semuanya ada di tangan adek."

Bibir karman bergetar hebat. Degup jantungnya yg begitu dahsyat tak bisa dia sembunyikan. Pandangannya tampak kosong sedetik setelah kalimat itu selesai dia ucapkan. Di sekelilingnya nampak agak sepi, karena memang ini sudah diatur oleh karman. Si gadis ini tadinya membawa teman, tapi lebih dulu teman gadis ini disingkirkan oleh teman karman ke suatu tempat agar tidak mengganggu aksi karman. Karman duduk tepat disebelah gadis itu, dengan menggunakan sepatu yg sudah tak karuan bentuknya. Sisi sebelah samping sepatunya nampak pecah karena jejalan sol yang entah berapa kali dia berikan.

Mandi? Tentunya tidak, dia hanya mencuci mukanya dengan sedikit sabun muka saja. Mustahil untuk seorang karman mandi di pagi hari. Tapi itu bukan sebuah pantangan atau bahkan kutukan, bukan, bukan sama sekali. Memang dasarnya dia begitu, jadi tidak bisa dijelaskan dengan teori atau apapun, dan dia juga agak jengkel jika ada yg datang dan sok berceramah tentang khasiat mandi pagi.

Bagi karman momen itu bukan sekadar awal atau gerbang percintaan biasa seperti pemuda pemudi yang tengah dimabuk asmara. Kali ini karman bertekad untuk serius, dan dia sudah siap dengan konsekuensinya, karena memang umurnya yg bisa dibilang masih sangat muda.

Dalam waktu dekat ini negara karman akan melangsungkan--katanya--pesta demokrasi. Pesta itu baru dilangsungkan 5 tahun sekali. Tapi meskipun karman menerapkan demokrasi dalam cintanya, dia tidak mau ikut merayakan pesta itu dalam praktek cintanya. Karena demokrasi karman adalah demokrasi senyap yang tidak perlu teriak teriak atau koar koar sebagaimana pesta pada umumnya. Dan juga menurut karman pesta itu identik dengan perselingkuhan. Baik perselingkuhan koalisi, perselingkuhan program kerja, dan perselingkuhan perselingkuhan lain yg sudah pasti bermuara pada kebohongan.

Pesta demokrasi mengobral dengan murah harga sebuah kebohongan dan kebencian. Semua bebas menjajakan, menjual dan membeli dengan harga yg seimbang atau tidak. Bebas saja. Dengan syarat utamanya harus mematikan kesehatan akal dan kehalusan nurani, karena transaksi tersebut erat kaitannya dengan caci maki, fitnah, iri, dengki, dan sudah pasti penipuan. Maka dari itu sangat sangat tidak kompatibel dengan orang yang masih memelihara kewarasan akal dan cara berfikirnya.

Tapi belum juga gadis ini menjawab, seorang temannya yang tadi diamankan oleh teman karman terlihat muncul dari kejauhan. Karman dongkol hatinya. "Bodoh sekali temanku ini, harusnya aku dulu yg kesana kalo sudah selesai, bukan malah melepaskan sandra yg berpotensi menggagalkan rencana." dia membatin.

Tapi mau bagaimana lagi, langkah kaki teman gadis ini seakan selaras membentuk ritme sebuah kegagalan yg akan mendatangi karman. Langkah itu memang pelan, tapi tegas, dan pasti. Karman sungguh khawatir cintanya kali ini tak terbalas. Tapi sebisa mungkin dia tetap menguasai keadaan.

"Hai, mel."
Sapa karman kepada teman gadis ini yg baru saja duduk disamping gadis itu.

"Eh iya, Man. Lagi pada ngomongin apa kok tegang banget muka kalian."

Bukan main, Amel memang benar benar tidak tahu siasat yang dilakukan karman. Dia tidak berfikir bahwa ajakan teman karman tadi ya karena keberlangsungan momen ini. Tapi dengan keluguannya itu, pertanyaan yg dilontarkannya pun tak ber-tedeng aling-aling. Kalo dibahasa modern, itu adalah pertanyaan yang to the point. Pertanyaan yang membuat otak karman harus dipaksa berputar seribu kali lebih keras untuk segera menemukan jawaban yg sekiranya tidak mencurigakan dan tidak membuat aksinya itu gagal. Pertanyaan yg berwujud palu gada besar yg menghantam kepala dan tenggok si Karman.

"Emmm, nggak, cuma pengen curhat aja sama dia." katanya sambil menunjuk gadis yg masih tetap saja diam itu.

Gadis itu juga nampaknya dilema. Tidak tidak tahu harus bagaimana. Dia takut menyakiti karman, tapi dia juga takut dengan perasaan dirinya sendiri yg bisa saja menipu dia. Karman memang agak dikenal sebagai anak yg lumayan "berisik" kalau di kelas. Jika dia tidak setuju dengan pendapat atau penyampaian gurunya, tanpa sungkan dia akan langsung mengemukakan pendapatnya. Banyak orang yg menyebut dia adalah anak yg pintar, sopan, dan pendiam. Meskipun semua itu hanyalah kamuflase yg dilakoni karman. Sebetulnya dia pemuda yg urakan. Kata pendiam itu sendiri sepertinya sama sekali tidak tercermin dalam diri karman.

Anda tahu misoh? Kalau andai kata misoh itu berupa benda, maka dalam sehari karman akan menghasilkan lebih dari satu truk kontainer.

Nah, ini yg menakut-nakuti gadis ini. Dia takut perasaannya kepada karman adalah hanya sebuah kekagumam sesaat yg mungkin nanti sore, malam, atau besok pagi akan hilang. Dia takut mengecewakan. Keadaan yg justru berbalik arah dengan para pejabat di negara karman, yg hampir semua pejabatnya bodoh amat dengan yg namanya kepercayaan. Pejabat pejabat ini malah meyakinkan agar rakyat benar benar percaya kepadanya. Tanpa malu dan ragu mereka berkampanye menebar janji janji dengan lipstik keindahan dibibirnya. Dan jika sudah percaya dan lengah, maka perlahan organ tubuh dari rakyat itu akan digerogoti dan dihabiskan.

Kuping mereka terbuat dari besi, atau bahkan baja yg kebal dan tak mau tahu akan jeritan, tuntutan, atau makian dari rakyat. Mereka berani kaya meskipun diatas kemiskinan rakyat kecil. Akrab dengan rakyat kecil itu hanya terjadi ketika awal mau pemilihan saja. Kalau sudah terpilih, ya mereka menjelma menjadi tikus yg dibiarkan bahkan difasilitasi di dalam lumbung padi. Atau seperti si kelaparan yg dibiarkan di dalam warung prasmanan.

Sungguh gadis itu adalah gadis yg amat hati-hati. Padahal untuk berhati-hati tidak perlu ragu untuk hanya menjawab sebuah pertanyaan karman. Karena karena sudah menyiapkan pilihan, antara mau, dan sangat mau. Hahaha 
Memang liar karman ini, dan entah sampai kapan dia akan seperti itu.

Comments

Popular Posts