Demokrasi dalam bercinta !

Sudah hampir 12 jam karman terdiam di dalam kamarnya. Kamar yang hanya dengan satu fentilasi, dengan ukuran setengah meter persegi. Kamar tempatnya melepas peluh ketika habis tenaga diperas waktu kerja. Kamar yang menjadi tempat perenungan dalam setiap masalah yang menderanya. Kamar yang teramat cocok untuk lelap dan terbangun dalam tidurnya.

Keseharian karman sudah pasti sekolah, karena ada orang tua yang harus dia bahagiakan hatinya. Meskipun dia sendiri masih gusar kenapa anak manusia diharuskan bersekolah. Dia tahu di dalam islam ada "iqro", yang kalo ditarik artinya adalah belajarlah, bukan bersekolah-lah. Tapi itu bukan masalah bagi dia, selagi masih agak masuk akal. Asalkan jangan sampai itu dimanipulasi menjadi " ayo ranking 1 lah". No problem !

Selain bersekolah dia juga nyambi dengan serabutan kerja, karena bagi dia kalau hanya dengan 'sekolah' , maka masih banyak waktu yang tersisa, dan sayang kalau waktu itu hanya terbuang dengan main dan tidur saja. Tentu tidak berarti main dan tidur itu tidak boleh, tetep boleh, dan harus, tapi kalo seluruh waktu hanya disumbangkan untuk itu, ya jangan!. 
Ngopi, juga harus, kewajiban itu. Traveling, yo monggo silahkan. Wisata kulinar, boleh juga. Tapi itu kan tidak setiap hari bisa kita lakukan. Dalam konteks ini adalah rutinitas sehari hari.

Kali ini karman sedang jatuh hati dengan salah seorang adik kelasnya. Dia selalu tidak bisa mengontrol ke-gugup-annya yang suka menyergapnya dengan tiba tiba. Tindak dan tanduk serta ucapan harus sebisa mungkin dia jaga. Kadang dia berfikir karena dia seakan tidak menjadi dirinya sendiri.

Tapi mungkin itulah kekuatan cinta, yang membuat rasa sakit zulaikha ketika tangannya teriris pun tidak terasa saat memandang pancaran ketampanan dari sosok yusuf muda. Kekuatan cinta memang kadang menabrak segalanya. Bahkan kecintaan dan kesetiaan ibrohim kepada tuhan yang sampai diuji untuk menyembelih anaknya pun dia bersedia. Tentu ini kan sangat bertabrakan dengan logika manapun. Masak anak sendiri mau disembelih. Ini disembelih loh diksi yg dipakai, bukan dibunuh. Kalau hanya sekedar "dibunuh", implementasinya mungkin bisa macam macam, bisa  minumannya dicampur dengan racun, dikagetin dengan klakson truk gandeng, mendadak ditagih hutang hingga dia panik lalu meninggal, dan masih banyak lagi. Tapi ini disembelih, saudara saudara, disembelih loh, bayangkan!.

Ini juga diperkuat dengan ucapan salah satu kyai dari jawa timur ; "masio propesor doktor, lek wes disentak bojone, wes jelas langsung goblok ndadak". Artinya : meskipun profesor doktor, kalau udah dibentak istrinya, udah pasti langsung mendadak goblok". Kalo ada ucapan "semesta memang suka bercanda", maka itu benar adanya.

Tempo hari, karman sedikit terlibat percakapan dengan gadis yang ditaksirnya. Hanya sebuah percakapan biasa yang semua orang juga pasti mengucapkan itu. Tapi meski demikian, jawaban yang keluar dari mulut gadis itu-- bagi karman--adalah titah sang raja yang tidak boleh dilupakan begitu saja. Sampai tiba dirumah pun, jawaban gadis itu masih terngiang ngiang dikepalanya.

Tapi sedikit ada masalah bagi karman, gadis ini tidak pernah berjalan sendirian. Dia selalu bersama dengan teman temannya, dan itu semakin mempersempit arus gerilya yang akan dilancarkan olehnya. Karman bingung. Dia bertanya pada burung, tapi burung itu pergi dengan meninggalkan kotorannya. Dia bertanya pada siang, tapi siang malah pamit pergi dengan senjanya. Dia bertanya pada hujan, malah petir yang menjawab kebingungannya. Dia coba bertanya pada kopi, tapi kopi hanya diam dan perlahan pergi meninggalkan ampasnya. Bingung, bingung, bingung, dan bingung karman dibuatnya.

Di pagi buta, karman mendapat titik terang. Mungkin semalam dewa keberuntungan hadir dalam mimpinya. Dia yakin hari itu juga akan mengutarakan rasa yang hampir membunuhnya. Rasa yang perlahan mulai memenuhi rongga dan ruang berfikirnya.

Dia teringat dengan sistem demokrasi, yang membebaskan setiap orang untuk bersuara. Meskipun di negaranya, demokrasi seakan hanya jargon yang hanya dipantaskan untuk ada. 
Beberapa aktivis sudah dipenjarakan, justru karena memberlakukan demokrasi itu sendiri. Demokrasi yang tidak diikuti dengan perlindungan, maka itu hanya menjadi kebohongan. "Bersuaralah kalian, agar yang diatas sana tidak tuli",  begitu bersuara ehh malah dipenjara. Sudah sangat banyak sekali contoh serupa demikian yang malah lebih menggelikan lagi. Memang sangat lucu sekali negara karman itu. Aku saja sampai terpingkal-pingkal dibuatnya.

Kali ini karman ingin menerapkan sistem demokrasi dalam cintanya. Dia merasa berhak menyatakan apa dan kenapa perihal rasa yang dibawanya. Dia merasa bahwa gadis itu sangat perlu mendengar aspirasi yang menyesakkan dadanya. Dan dia merasa tuntutan itu harus segera dikabulkan.

Mengenai ketidak-amanan dalam penyampaian yang mungkin saja datang dari internal gadis itu, yg berupa penolakan. Atau mungkin dari temannya, saudaranya, atau siapapun, sudah tidak lagi diperdulikan lagi oleh karman. Kebebasan ini harus dia optimalkan sebisa mungkin. Sebelum sang penguasa, yaitu gadis yang duduk di singgahsananya, secara sah dan mutlak telah dimiliki lelaki lain. Karman tak mau itu terjadi. Maka dari itu kesempatan ini tak akan dia sia-sia kan.

Strategi demi strategi telah ia susun, lengkap dengan pertimbangan psikologis, termasuk kesiapan mental apabila tuntutan itu tak terkabulkan dan kemana tempat yg akan dituju untuk pelariannya. Pertimbangan geografis, yang meliputi dimana dan dalam kondisi seperti apa dia akan menyatakan aspirasinya itu. Pertimbangan sosbud, yang meliputi dengan siapa aktor yg akan mendampinginya di belakang sana ketika dia sedang melangsungkan aksinya, termasuk juga budaya atau kebiasaan kebiasaan dalam momen seperti itu.
Pertimbangan ekonomi, meliputi apa yang akan diberikan kepada gadis itu, termasuk akan naik apa dia datang menemuinya. Semua sudah matang dia persiapkan, tinggal menunggu eksekusi dihari yang sudah ditentukan.

Semoga keberuntungan ada di pihak karma

Comments

Post a Comment

Popular Posts