Balada sumber kencono !
Sudah tahun ketiga Karman hidup di jogja. Suatu hari ketika dia mau balik ke kampung halaman, kebetulan dia naik salah satu armada yg sangat digemari para pemburu waktu dan tentunya para penguji adrenalin. Ya, sumber kencono, yg sekarang berkamuflase menjadi sumber selamet. Yg jelas sumber selamet bisa juga dibilang sumber utama untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Ya jelas dong, gimana tidak, bis yang dengan ukuran sekian ton dan bentuknya yg besar, seakan akan hanya seperti argo pengangkut material untuk para kuli yg dengan lincah dan leluasanya meliuk liuk bak goyangan pedangdut kondang pemilik goyang gergaji. Jadi ya hampir seluruh penumpang auto nyebut dan berdoa. Meskipun, ada juga yg--bisa disebut-- bermental liar yg dengan keadaan begitu dia malah enjoy menyanyikan lagu kill the dj x libertaria yg berjudul "ora minggir tabrak".
Ketika bis berhenti di terminal madiun, dan tentunya banyak penumpang yg turun dan banyak pula yang baru naik, kebetulan si karman ini duduk dijok paling belakang yg berderet 6 bangku itu. Kemudian naiklah seorang penumpang perempuan dan duduk tepat disamping dia.
Perlu diketahui, dresscode yg dipakai si mbak tadi bisa membuat jantung siapapun yg melihatnya berdegup 5 kali lebih kencang--tentu bukan karena yg sering dikategorikan sebagai pembawa bom, bukan--, mungkin juga bagi yg punya daya imajinasi tinggi, tak tahulah sudah sampai mana hayalannya itu.
Tak berhenti disitu, ketika kondektur datang menghampiri dan sejurus kemudian bertanya;
"Turun dimana mbak?".
Jawaban mbak ini semakin menguatkan dugaan yang tidak tidak oleh penumpang lain. Pasalnya dia turun disalah satu daerah di kabupaten nganjuk, yang dimana semua orang tahu bahwa disitu, bisa dibilang "taman bermain area dewasa".
Melihat sorot wajah dan gelagat yg kurang bersahabat dari penumpang lain, si mbak ini dengan segera meralat jawabannya tadi
"Eh ga jadi pak, saya turun di kertosono saja".
Kasihan sekali mbak ini, hanya karena penyebutan tempat dia jadi serba salah.
Karman yg kebetulan tidak sendiri, dia bersama misro, temannya satu almamater, dengan enteng si misro bersuara dengan nada lirih
"Pancet wae wong wong iku".
Karman yg kurang paham maksudnya lalu bertanya
"Maksudnya pancet bagaimana, sro?".
"Ya orang orang itu loh, masak hanya karena dia turun disitu lalu dengan seenak udel sendiri menggolongkan mbak itu adalah bagian dari tempat itu, kan lucu".
Karman diam dan mencoba memahami omongan misro barusan.
"Iya ya, sro. Kan bisa saja mbak itu tempat tinggalnya berdekatan dengan itu, atau mungkin mau berkunjung ke rumah temen gitu, kan bisa saja. Kita berteman dengan penjudi kan bukan berarti kita juga seorang penjudi, kita berteman dengan maling belum tentu kita maling, pun demikian sebaliknya, ketika berteman dengan ustad bahkan kyai, kan belum tentu kita sama dengan mereka".
"Lha ya itu yg saya maksud, Man. Mbok ya jangan keburu buru gitu loh menilai orang, apalagi cuma bermodal pandangan pertama".
"Ah sudahlah, yang terpenting sekarang adalah sebisa mungkin jangan dulu berburuk sangka kepada yg lain, dan itu harus ditularkan kepada sekitar, kalau untuk yang sudah terlanjur, biar nanti waktu yang mendidiknya".
Sudah itu karman dan misro melanjutkan tidur yang tadi sempat tertunda.
Perlu diketahui, dresscode yg dipakai si mbak tadi bisa membuat jantung siapapun yg melihatnya berdegup 5 kali lebih kencang--tentu bukan karena yg sering dikategorikan sebagai pembawa bom, bukan--, mungkin juga bagi yg punya daya imajinasi tinggi, tak tahulah sudah sampai mana hayalannya itu.
Comments
Post a Comment